Pengalaman Menonton dan Refleksi dari Film Temurun (2024)

- Oktober 11, 2024
Pengalaman Menonton dan Refleksi dari Film Temurun (2024)

Temurun (2024) - Sebelum kita masuk ke dalam pengalaman saya menonton Temurun (2024), jujur saja, saya datang tanpa ekspektasi tinggi. Saya bukan tipe orang yang mudah terkesan dengan film yang mencoba menyatukan elemen psikologis dan supernatural—biasanya, salah satu aspek terasa lemah. Namun, film ini benar-benar mengubah perspektif saya.

Pertama kali melihat trailer Temurun, saya pikir ini akan menjadi film horor klise lainnya, dengan jumpscares yang mudah ditebak dan alur yang berputar-putar tanpa substansi. Tapi ternyata, film ini memberi saya lebih dari itu. Dalam beberapa menit pertama, atmosfer yang dibangun sangat kuat. Saya bisa merasakan ketegangan di udara, bukan karena sesuatu yang menakutkan secara eksplisit, tetapi karena permainan visual yang cerdas dan suara latar yang benar-benar menambah kedalaman adegan. Ini yang jarang saya temukan di film horor Indonesia lainnya.

Baca Juga: SEKOTENGS (2024): Webtun Indonesia yang Bikin Ketawa dan Terpukau

Yang membuat saya kagum adalah bagaimana sutradara berhasil menggambarkan psikologi karakter utama. Ada satu adegan yang cukup menempel di benak saya. Saat karakter utama, Armand, mulai merasakan keanehan dalam rutinitas hariannya, penonton disuguhi montase kehidupan sehari-hari yang monoton. Awalnya, saya merasa adegan ini agak terlalu panjang, tetapi ternyata ini adalah cara halus sutradara untuk memperlihatkan bagaimana repetisi yang tampak biasa bisa mengungkapkan sesuatu yang lebih gelap dan dalam. Dari sini, saya mulai berpikir, seberapa sering kita sebagai manusia terjebak dalam rutinitas yang sama, tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita?

Salah satu kesalahan yang saya buat, dan mungkin bisa jadi pelajaran bagi Anda, adalah menganggap film ini akan "selesai" setelah beberapa adegan besar. Di satu titik, saya merasa seperti sudah bisa menebak akhirnya—ternyata saya salah besar. Plot twist di paruh akhir benar-benar tidak terduga, dan saya menyadari bahwa saya terlalu cepat menyimpulkan. Film ini adalah pengingat bahwa terkadang, hidup dan situasi yang kita hadapi tidak sesederhana yang terlihat di permukaan.



Jika saya bisa memberi sedikit saran praktis setelah menonton Temurun, terutama bagi Anda yang tertarik dengan genre ini, adalah untuk lebih memperhatikan detail kecil. Misalnya, simbol-simbol visual yang muncul di sepanjang film sebenarnya memberikan petunjuk yang halus tentang apa yang akan terjadi, tapi sering kali terlewat jika Anda tidak cukup fokus. Ini bukan film yang bisa ditonton sambil bermain ponsel—percaya deh, saya mencoba, dan saya menyesal. Ada beberapa elemen yang membutuhkan konsentrasi penuh jika Anda ingin menangkap esensi film ini.

Terakhir, saya juga ingin menekankan betapa emosionalnya Temurun dalam menghadapi tema kehilangan dan penyesalan. Ada momen-momen di mana saya merasa sangat terhubung dengan karakter Armand, terutama ketika dia harus menghadapi konsekuensi dari keputusan yang dia buat di masa lalu. Film ini, di luar elemen horor dan supranaturalnya, sebenarnya juga tentang bagaimana kita menghadapi trauma dan masa lalu kita.

Secara keseluruhan, Temurun adalah film yang berhasil mengejutkan saya—baik dalam cara ceritanya disampaikan maupun dalam pendekatan psikologisnya yang dalam. Jadi, jika Anda mencari film yang bisa membuat Anda berpikir dan merasa dalam waktu yang sama, ini bisa jadi pilihan yang tepat. Pastikan saja, Anda siap untuk perjalanan yang penuh kejutan.


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search